Saturday, September 12, 2015

Pemberkatan Gereja Kepanjen Surabaya Tahun 1900


Minggu, 05 Agustus 1900 dilakukan Pemberkatan Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, Surabaya. Berita mengenai peristiwa itu terbit di halaman Soerabaija Courant 06 Agustus 1900.



Terjemahan Naskah
Soerabaija Courant, Senin 06 Agustus 1900
Pemberkatan Gereja di Surabaya

Kemarin telah diselenggarakan disini pemberkatan gereja Katolik Roma dengan dihadiri banyak orang. Sudah sejak pagi hari gedung gereja dipadati oleh berbagai kelompok orang sampai ke sudut-sudutnya. Di antara mereka tampak para pejabat tinggi kota ini: residen, kolonel, komandan militer setempat, wakil-wakil pedagang, dewan gereja, komite untuk kaum miskin, organisasi Santo Vinsensius, dsb.

Pada jam 8 tepat Mgr. E.S. Luijpen, didampingi oleh Rm. Van Santen, tiba dengan mobil di halaman gereja. Imam yang bertugas, para anggota koor, anggota berbagai dewan komunitas katolik Roma, dan para undangan penting telah berkumpul disana untuk menyambut Uskup. Upacara pemberkatan pun segera dimulai. Setelah beberapa nyanyian liturgi selesai, Uskup memberkati orang-orang yang berdiri. Lantas prosesi dimulai dengan mengitari gereja dari luar. Berjalan di bagian depan adalah pembawa acara (ceremoniarius) yang diikuti 12 akolit (putera altar), kemudian dua baris diakon-diakon, disusul para imam pembantu, dan akhirnya Uskup, yang sepanjang prosesi memberikan berkatnya. Lagu-lagu pujian dan mazmur terus dinyanyikan. Yang mengesankan adalah saat ketika tiga lonceng dibunyikan Uskup melintasi ambang pintu gereja berjalan menuju altar, sepanjang jalan memberikan berkatnya, sementara semua berlutut di barisan bangku berdoa.

Setelah selesai prosesi di dalam gereja, misa pontifical pun dimulai. Suara organ menggema dengan megah di seluruh ruangan. Misa Heinze terasa luar biasa, dinyanyikan secara agung oleh para pria anggota koor. Sungguh merupakan momen yang menggetarkan ketika kata-kata “et unam sanctam Catholicam et apostolicam ecclesiam” dinyanyikan secara unisono. Para penyanyi telah membuktikan bahwa mereka telah sungguh-sungguh mempelajari lagu-lagu yang dinyanyikan. Dan mereka telah berhasil membawakannya. Permainan organ juga dipercayakan kepada tangan-tangan yang mumpuni.

Rm. C. Wenneker, pastor paroki Batavia, naik ke mimbar menyampaikan kotbahnya. Bertahun-tahun ketika bekerja di Surabaya, ia telah bekerja keras untuk mewujudkan rencana pembangunan gereja ini. Ia telah melewati berbagai kesulitan agar rencana itu dapat terwujud. Ia adalah orang yang tepat untuk mengungkapkan perasaan yang kini memenuhi hati umat katolik Surabaya. Dalam kotbahnya yang berapi-api Romo ini menjelaskan apa arti sebuah gereja bagi seorang katolik: rumah Allah dan pintu surga. Dengan kata-kata yang dipilih dengan tepat ia mengajak hadirin untuk mengingat semua orang yang turut bekerjasama mendirikan rumah ibadat ini, yang dengan jujur ia katakan telah membuat bangga Surabaya dan Hindia Belanda. Atas nama Rm. Van Santen, pastor paroki, ia juga menyampaikan terima kasih kepada Uskup, kepada pemerintah Hindia Belanda dan Residen. Ia juga menyampaikan kata-kata pujian untuk sang arsitek, Tuan Westmaas, yang dengan talenta dan tenaganya dalam waktu singkat telah berhasil mendirikan sebuah bangunan yang termasuk salah satu di antara bangunan-bangunan terpenting di Hindia Belanda.

Sungguh kata-kata itu tidaklah berlebihan. Dua menara, tinggi dan ramping, masing-masing tingginya 40 meter, menjulang ke langit. Bangunan itu sendiri didirikan dengan gaya gotik yang sederhana. Tembok batu bata bagian luarnya dipertahankan dengan warna natural; sementara bagian dalamnya diplaster dan diperindah dengan berbagai warna calcarium sehingga tampak elok.

Panjang axis di dalam gereja adalah 47,60 meter, lebar rentang tangan salib 30,70 meter, sementara lebar transepnya 12,70 meter. Kubah larasnya ditopang dengan palang-palang lengkung dan diagonal sehingga tampak lebih kurang seperti sebuah kubah salib. Sementara itu atap di atas panti imam merupakan sebuah kubah bintang.

Perabotan sungguh-sungguh diselaraskan dengan gaya bangunan. Setiap orang pasti kagum kalau melihat bahwa gereja ini sungguh-sungguh telah terdekorasi. Pertama-tama dapat disebutkan tiga jendela stained-glass yang begitu cantik dan mengagumkan di tempat koor. Mata akan selalu terpaku kagum memandangi ornamennya, yang digarap dengan sungguh terampil.

Empat belas stasi Jalan Salib, yang dilukis di atas lempeng tembaga dengan bingkai-bingkai yang apik, menjadi semacam dekorasi tembok, yang bahkan di katedral yang megahpun akan menarik perhatian.

Tempat-tempat lilin dan ornamen-ornamen gas, deretan bangku-bangku yang rapi, lantai yang sengaja didekorasi, semuanya memenuhi keselarasan.

Oleh karena itu kami mengulangi apa yang disampaikan Romo pengkotbah: keseluruhan dan bagian-bagiannya, semuanya memperlihatkan ketepatan dari orang-orang yang sungguh-sungguh menguasai profesinya.

Kami tidak bermaksud mengatakan banyak mengenai permulaan pembangunan gereja ini. Cukuplah mengatakan bahwa untuk itu harus mengatasi sejumlah kesulitan teknis. Tanah yang lembek, dan baru di kedalaman 14 sampai 16 meter terdapat tanah padat, menyebabkan harus memancangkan banyak sekali tiang pancang dari kayu yang didatangkan dari hutan-hutan perawan di Kalimantan.

Bagaimanapun haruslah dipuji para perancang dan pengambil keputusan, yang tidak takut akan hambatan-hambatan, terutama sang arsitek yang menghasilkan sebuah karya seni yang nyata, yang membuat namanya terhormat. Untuk peresmian meriah kemarin, umat katolik Surabaya sangat berhutang pada kegigihan orang-orang itu. Berterima kasih atas kegigihan orang-orang itu, kini Surabaya telah diperkaya dengan sebuah bangunan yang merupakan mutiara bagi kota ini, dan akan tetap tinggal sebagai mutiara.


Sumber: Soerabaija Courant, Senin 06 Agustus 1900
Penterjemah: E. Prasetyo, C.M
Dengan bantuan Henk Hippolyte de Cuijper CM
Surabaya, 10 Januari 2014




No comments:

Post a Comment