Monday, September 21, 2015

Masalah Kunjungan Pastoral ke Madura 1839


Masalah Kunjungan Pastoral ke Madura 1839


Pada tahun 1839 terdapat sekitar 40 umat katolik di pulau Madura. Mereka terdiri atas warga sipil, anggota tentara, dan para tahanan di penjara. Tetapi mereka jarang mendapat kunjungan pastor. Pada tanggal 9 September 1839 Prefek Apostolik Scholten menerima sepucuk surat dari komandan garnisun tentara di Bangkalan Madura. Komandan itu mengeluh bahwa lebih dari empat tahun tidak ada imam katolik yang datang mengunjungi anggota gerejanya, sementara pendeta Protestan dengan teratur mengunjungi jemaatnya. Pada tanggal 12 September 1839 Scholten mengirim sepucuk surat kepada Gubernur Jenderal Baud untuk memintanya memberi wewenang pastor Surabaya Adriaan Tijssen guna mengunjungi umat katolik di pulau Madura sekali setahun dan di penjara Benteng Oranye empat kali setahun, serta untuk mengganti biaya perjalanannya. Oleh Scholten salinan surat itu dikirimkan ke Thijssen, sambil memintanya untuk memberikan laporan mengenai pelayanan terhadap 40 umat katolik di Madura. Tetapi dengan jengkel Thijssen membalas bahwa umatnya yang jumlahnya kecil dan tersebar itu dapat dengan mudah datang ke Surabaya bila mereka memang mempunyai kebutuhan keagamaan. Tetapi, menurutnya, kalangan ini merupakan anggota-anggota serikat rahasia (sebagian besar anggota Freemason), sementara yang lain hidup kumpul kebo. Hanya segelintir yang tersisa: sejumlah kecil domba yang tetap setia dan beberapa perempuan tua.


Sumber: 
Karel Steenbrink. Catholics in Indonesia: a documented history, Vol. I: 1808-1900. Leiden: 2003, hal. 21, 243-244

No comments:

Post a Comment