Minggu,
05 Agustus 1900 dilakukan Pemberkatan Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, Surabaya. Berita mengenai peristiwa itu terbit di halaman Soerabaija Courant 06 Agustus 1900.
Terjemahan Naskah
Soerabaija
Courant, Senin 06 Agustus 1900
Pemberkatan
Gereja di Surabaya
Kemarin
telah diselenggarakan disini pemberkatan gereja Katolik Roma dengan
dihadiri banyak orang. Sudah sejak pagi hari gedung gereja dipadati
oleh berbagai kelompok orang sampai ke sudut-sudutnya. Di antara
mereka tampak para pejabat tinggi kota ini: residen, kolonel,
komandan militer setempat, wakil-wakil pedagang, dewan gereja, komite
untuk kaum miskin, organisasi Santo Vinsensius, dsb.
Pada jam
8 tepat Mgr. E.S. Luijpen, didampingi oleh Rm. Van Santen, tiba
dengan mobil di halaman gereja. Imam yang bertugas, para anggota
koor, anggota berbagai dewan komunitas katolik Roma, dan para
undangan penting telah berkumpul disana untuk menyambut Uskup.
Upacara pemberkatan pun segera dimulai. Setelah beberapa nyanyian
liturgi selesai, Uskup memberkati orang-orang yang berdiri. Lantas
prosesi dimulai dengan mengitari gereja dari luar. Berjalan di bagian
depan adalah pembawa acara (ceremoniarius) yang diikuti 12 akolit
(putera altar), kemudian dua baris diakon-diakon, disusul para imam
pembantu, dan akhirnya Uskup, yang sepanjang prosesi memberikan
berkatnya. Lagu-lagu pujian dan mazmur terus dinyanyikan. Yang
mengesankan adalah saat ketika tiga lonceng dibunyikan Uskup
melintasi ambang pintu gereja berjalan menuju altar, sepanjang jalan
memberikan berkatnya, sementara semua berlutut di barisan bangku
berdoa.
Setelah
selesai prosesi di dalam gereja, misa pontifical pun dimulai. Suara
organ menggema dengan megah di seluruh ruangan. Misa Heinze terasa
luar biasa, dinyanyikan secara agung oleh para pria anggota koor.
Sungguh merupakan momen yang menggetarkan ketika kata-kata “et unam
sanctam Catholicam et apostolicam ecclesiam” dinyanyikan secara
unisono. Para penyanyi telah membuktikan bahwa mereka telah
sungguh-sungguh mempelajari lagu-lagu yang dinyanyikan. Dan mereka
telah berhasil membawakannya. Permainan organ juga dipercayakan
kepada tangan-tangan yang mumpuni.
Rm. C.
Wenneker, pastor paroki Batavia, naik ke mimbar menyampaikan
kotbahnya. Bertahun-tahun ketika bekerja di Surabaya, ia telah
bekerja keras untuk mewujudkan rencana pembangunan gereja ini. Ia
telah melewati berbagai kesulitan agar rencana itu dapat terwujud. Ia
adalah orang yang tepat untuk mengungkapkan perasaan yang kini
memenuhi hati umat katolik Surabaya. Dalam kotbahnya yang berapi-api
Romo ini menjelaskan apa arti sebuah gereja bagi seorang katolik:
rumah Allah dan pintu surga. Dengan kata-kata yang dipilih dengan
tepat ia mengajak hadirin untuk mengingat semua orang yang turut
bekerjasama mendirikan rumah ibadat ini, yang dengan jujur ia katakan
telah membuat bangga Surabaya dan Hindia Belanda. Atas nama Rm. Van
Santen, pastor paroki, ia juga menyampaikan terima kasih kepada
Uskup, kepada pemerintah Hindia Belanda dan Residen. Ia juga
menyampaikan kata-kata pujian untuk sang arsitek, Tuan Westmaas, yang
dengan talenta dan tenaganya dalam waktu singkat telah berhasil
mendirikan sebuah bangunan yang termasuk salah satu di antara
bangunan-bangunan terpenting di Hindia Belanda.
Sungguh
kata-kata itu tidaklah berlebihan. Dua menara, tinggi dan ramping,
masing-masing tingginya 40 meter, menjulang ke langit. Bangunan itu
sendiri didirikan dengan gaya gotik yang sederhana. Tembok batu bata
bagian luarnya dipertahankan dengan warna natural; sementara bagian
dalamnya diplaster dan diperindah dengan berbagai warna calcarium
sehingga tampak elok.
Panjang
axis di dalam gereja adalah 47,60 meter, lebar rentang tangan salib
30,70 meter, sementara lebar transepnya 12,70 meter. Kubah larasnya
ditopang dengan palang-palang lengkung dan diagonal sehingga tampak
lebih kurang seperti sebuah kubah salib. Sementara itu atap di atas
panti imam merupakan sebuah kubah bintang.
Perabotan
sungguh-sungguh diselaraskan dengan gaya bangunan. Setiap orang pasti
kagum kalau melihat bahwa gereja ini sungguh-sungguh telah
terdekorasi. Pertama-tama dapat disebutkan tiga jendela stained-glass
yang begitu cantik dan mengagumkan di tempat koor. Mata akan selalu
terpaku kagum memandangi ornamennya, yang digarap dengan sungguh
terampil.
Empat
belas stasi Jalan Salib, yang dilukis di atas lempeng tembaga dengan
bingkai-bingkai yang apik, menjadi semacam dekorasi tembok, yang
bahkan di katedral yang megahpun akan menarik perhatian.
Tempat-tempat
lilin dan ornamen-ornamen gas, deretan bangku-bangku yang rapi,
lantai yang sengaja didekorasi, semuanya memenuhi keselarasan.
Oleh
karena itu kami mengulangi apa yang disampaikan Romo pengkotbah:
keseluruhan dan bagian-bagiannya, semuanya memperlihatkan ketepatan
dari orang-orang yang sungguh-sungguh menguasai profesinya.
Kami
tidak bermaksud mengatakan banyak mengenai permulaan pembangunan
gereja ini. Cukuplah mengatakan bahwa untuk itu harus mengatasi
sejumlah kesulitan teknis. Tanah yang lembek, dan baru di kedalaman
14 sampai 16 meter terdapat tanah padat, menyebabkan harus
memancangkan banyak sekali tiang pancang dari kayu yang didatangkan
dari hutan-hutan perawan di Kalimantan.
Bagaimanapun
haruslah dipuji para perancang dan pengambil keputusan, yang tidak
takut akan hambatan-hambatan, terutama sang arsitek yang menghasilkan
sebuah karya seni yang nyata, yang membuat namanya terhormat. Untuk
peresmian meriah kemarin, umat katolik Surabaya sangat berhutang pada
kegigihan orang-orang itu. Berterima kasih atas kegigihan orang-orang
itu, kini Surabaya telah diperkaya dengan sebuah bangunan yang
merupakan mutiara bagi kota ini, dan akan tetap tinggal sebagai
mutiara.
Sumber:
Soerabaija Courant, Senin 06 Agustus 1900
Penterjemah:
E. Prasetyo, C.M
Dengan
bantuan Henk Hippolyte de Cuijper CM
Surabaya,
10 Januari 2014
No comments:
Post a Comment